Sintang-www.beritasintang.com-Bupati Sintang, Jarot Winarno menyebut akan mempertimbangkan untuk membuka uji coba sekolah tatap muka apabila resiko penyebaran kasus Covid-19 di Kabupaten Sintang menjadi zona kuning.
Saat ini, resiko penyebaran corona di Kabupaten Sintang, sejak sebulan terakhir masih bertahan di zona orange, atau resiko rendah.
“Belajar tatap muka, saya janjikan nanti kalau sudah orange ke kuning,” kata Jarot.
Pemkab Sintang, pernah melakukan uji coba sekolah tatap muka di SMPN 1 Sintang, dan SMP 2 Panca Setya.
Sebelum uji coba sekolah tatap muka dibuka, para siswa dilakukan swab PCR, termasuk para guru. Uji coba sekolah tatap muka mengikuti protokol kesehatan ketat.
“Kalau lah sudah kuning, uji coba tadi bisa diterapkan juga, termasuk kalau di MTS barang kali, tapi sifatnya uji coba. Tapi kita tunggu kuning dulu, sekarang masih orange,” ungkap Jarot.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Lindra Azmar menyebut pihaknya tidak mau mengambil resiko besar apabila untuk memutuskan sekolah tatap muka dibuka kembali.
Menurutnya, ada banyak peetimbangan sebelum membuat keputusan, meski sebagian besar warga sekolah menginginkan belajar tatap muka di kelas dibuka kembali, dengan protokol kesehatan ketat.
Menurut Lindra, selain karena saat ini Kabupaten Sintang, masih dalam zona orange penyebaran Covid-19, syarat wajib swab PCR bagi siswa sebelum belajar tatap muka dibuka menjadi kendalanya.
“Ada yang menjadi perhatian serius, adalah semua siswa dilakukan swab. Kalau kabupaten keseluruhan, kapan selesainya. Sekian ribu siswa dengan infrastruktur yang belum memadai,” ujar Lindra.
Namun, untuk sekolah di kecamatan sintang, Lindra membuka peluang untuk membuka kembali belajar tatap muka di kelas, ketika zona sudah menjadi kuning dan hijau.
Apalagi, tahun lalu sudah ada 2 sekolah percobaan tatap muka di tengah pandemi.
Namun barang kali kalau sudah zona kuning, apalagi hijau, kita akan coba mulai, paling tidak kota dulu, karena ada swab, dan harus persetujuan orangtua,” ujarnya.
“Kalau pun dimulai di kota kecamatan, itu pun siswa harus di swab dulu. Kita tidak mau ambil sebuah resiko ketika dibuka kembali, ketika ada kasus kita tidak bisa menghindar, seolah-olah karena sekolah tetap buka, kita tidak mau seperti itu. Hasil koordinasi internal kami, menunda pembelajaran tetap muka,” jelasnya.
Sementara cerita Kepala Kantor Kemenang Sintang, Didatangi Orangtua Siswa Minta Pembelajaran Tatap Muka Dibuka
Keinginan orangtua untuk anaknya kembali belajar tatap muka di sekolah nampaknya sudah tak terbendung. Setelah sekian bulan belajar dari rumah, melaui daring maupun luring.
Saking inginnya anaknya kembali ke sekolah, orangtua murid sampai-sampai mendatangi Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sintang, untuk meminta agar sekolah tatap muka kembali dibuka.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sintang, Anuar Akhmad mengungkapkan keinginan orangtua agar sekolah yang berada di bawah naungan Kemenag dibuka kembali untuk belajar tatap muka di kelas sudah banyak diterima.
Cerita Kepala Kantor Kemenang Sintang, Didatangi Orangtua Siswa Minta Sekolah Tatap Muka DibukaBahkan ada yang sampai datang ke kantor Kemenang.
“Keinginan dari Madarasah, pondok pesantren, soal sekolah tatap muka itu memang sudah berkali-kali disampaikan kepada kami. Sampai orangtua bahkan ke kantor, minta belajar tatap muka kembali,” kata Anuar kepada Bupati Sintang, Jarot Winarno saat rapat Satgas Penanganan Covid-19 di pendopo bupati, Rabu 13 Januari 2021.
Akan tetapi, Anuar Akhmad tidak bisa berbuat banyak. Terlebih, surat dari Kakanwil Kemenang Kalbar menyebutkan, bahwa proses belajar mengajar tatap muka mengacu pada putusan pemerintah daerah maupun gugus tugas.
“Selama bapak (bupati) belum mengizinkan, kami belum melaksanakannya (sekolah tatap muka),” katanya.
Menurut Anuar Akhmad, keinginan para orangtua untuk anaknya dapat kembali belajar tatap muka di sekolah boleh saja, namun resiko pelaksanaanya harus diantisipasi sama-sama.
“Jangan sampai pelaksanaan belajar tatap muka menjadi kluster baru di kabupaten sintang,” ujarnya.
“Kalau Pondok pesantren memang ada beberapa yang anaknya tidak pulang, artinya anaknya tetap berada di pondok, tidak berinteraksi dengan masyarakat luar, itu tetap belajar di pondok, tetapi tidak keluar masuk,” ungkapnya.