SINTANG – Pemerintah Pusat (Pempus) jangan hanya beretorika bahwa bidang pendidikan itu penting. Tetapi harus nyata program dan langkah-langkahnya untuk mengatasi berbagai persoalan di dunia pendidikan. Terutama di daerah-daerah.
“Banyak permasalahan dunia pendidikan di daerah, seperti di Kabupaten Sintang,” kata Welbertus, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, kemarin.
Legislator Partai PDIP ini mengungkapkan, dunia pendidikan di Bumi Senentang ini dihadapkan pada persoalan minimnya fasilitas.
“Mohon jadi perhatian Pemerintah Provinsi dan Pusat,” pintanya.
Contohnya, ungkap Welbertus, ketika pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). “Semua sekolah mengeluh, baik swasta maupun negeri. Karena hanya sekolah tertentu yang sudah memenuhi persyaratan untuk UNBK,” ucapnya.
Hal semacam ini, menurut dia, tentunya menjadi penghambat untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu tujuan pendidikan. “Mutu pendidikan memang tidak bisa lepas dari ketersediaan sarana dan prasarana,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, sebenarnya tamatan Strata Satu (S1) dan S2 Pendidikan di Kabupaten Sintang ini sudah banyak.“Istilahnya sudah belonggok,” tuturnya.
Persoalannya, ungkap Welbertus, sekolah-sekolah tidak mampu merekrut para sarjana pendidikan itu. “Karena masalah gaji, honor dan pemerintah moratorium penerimaan CASN (Calon Aparatur Sipil Negara) terus menerus,” sesalnya.
Kondisi itu diperparah lagi dengan pembatasan penerimaan honor daerah oleh Pempus. Ini menjadi persoalan.“Mau dijadikan apa negara ini kalau terus menerus seperti ini,” kesalnya.
Banyak sekali sekolah yang hanya memiliki satu atau dua guru berstatus ASN, baik tingkat SD maupun SMP. Sementara yang honor hanya mengandalkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). “Berapalah honor dari BOS. Sehingga tidak jarang mereka itu mengajar hanya sekedar mengajar, tidak maksimal. Karena mereka memikirkan bagaimana harus mencari nafkah,” bebernya.
Kalau permasalahan-permasalahan ini tidak segera dituntaskan, bagaimana SDM daerah bisa berdaya saing. “Kapan anak-anak kita bisa bersaing di tingkat luar, kalau hal-hal kecil seperti ini sulit diatasi,” tutupnya